
Fakta Unik Hewan Bekantan, Hewan Endemik Kalimantan
Fakta Unik Hewan Bekantan, Hewan Endemik Kalimantan
Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, termasuk berbagai spesies hewan endemik yang hanya bisa ditemukan di wilayah tertentu.
Salah satu hewan endemik yang menarik perhatian adalah bekantan (Nasalis larvatus), primata berhidung panjang yang menjadi ikon fauna Provinsi Kalimantan Selatan.
Bekantan bukan sekadar hewan biasa. Dengan penampilan fisiknya yang unik dan perilaku sosial yang menarik, bekantan telah menjadi fokus konservasi di berbagai wilayah hutan bakau dan rawa Kalimantan. Artikel ini akan mengulas berbagai fakta unik mengenai bekantan, mulai dari morfologi, habitat, perilaku, hingga status konservasinya yang memprihatinkan.

Fakta Unik Hewan Bekantan, Hewan Endemik Kalimantan
Fakta Unik Hewan Bekantan, Hewan Endemik Kalimantan
1. Penampilan Fisik yang Unik
Salah satu ciri paling mencolok dari bekantan adalah bentuk hidungnya yang besar dan memanjang, terutama pada bekantan jantan dewasa. Hidung ini bisa tumbuh sangat panjang hingga menutupi sebagian mulutnya. Para ahli menduga bahwa hidung besar ini berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menarik perhatian betina serta menandakan dominasi pejantan dalam kelompok.
Selain hidungnya, bekantan juga memiliki bulu berwarna cokelat kemerahan, perut berwarna pucat, dan ekor yang panjang. Bekantan jantan memiliki ukuran tubuh lebih besar dibandingkan betina, dengan berat mencapai 20–24 kilogram, sementara betina sekitar 12 kilogram.
2. Hewan Semi-Akuatik yang Pandai Berenang
Bekantan termasuk dalam kelompok primata semi-akuatik. Ia dikenal sangat mahir berenang dan sering ditemukan di daerah yang berdekatan dengan perairan seperti hutan bakau, hutan rawa, dan sepanjang sungai. Kemampuan berenangnya ditunjang oleh adanya selaput di antara jari-jarinya yang membuatnya bisa bergerak lincah di air.
Bekantan mampu menyelam hingga kedalaman tiga meter dan berenang dengan jarak cukup jauh untuk menyeberangi sungai. Aktivitas ini sering dilakukan untuk menghindari predator atau mencari makanan di sisi sungai yang lain.
3. Hidup Berkelompok dalam Struktur Sosial Kompleks
Bekantan adalah hewan sosial yang hidup dalam kelompok. Terdapat dua tipe kelompok utama pada populasi bekantan, yaitu:
-
Kelompok Harem: Terdiri dari satu pejantan dominan, beberapa betina, dan anak-anaknya.
-
Kelompok Bujangan: Terdiri dari para pejantan muda yang belum memiliki kelompok sendiri.
Setiap kelompok bisa berjumlah antara 10 hingga 30 ekor. Struktur sosial ini penting untuk menjaga ketertiban dalam kelompok dan sebagai strategi pertahanan terhadap predator. Komunikasi antarbekantan dilakukan dengan berbagai suara, ekspresi wajah, dan gerakan tubuh.
4. Herbivora dengan Pola Makan Selektif
Bekantan termasuk primata folivora, yaitu hewan pemakan daun. Mereka mengonsumsi berbagai jenis dedaunan muda, buah-buahan, bunga, dan biji dari tanaman yang hidup di daerah rawa dan hutan mangrove. Sistem pencernaannya unik karena memiliki perut berfermentasi seperti pada hewan ruminansia (seperti sapi), yang memungkinkan bekantan mencerna serat tumbuhan dengan lebih efisien.
Namun, bekantan tergolong pemakan yang selektif dan memiliki preferensi tinggi terhadap daun dan buah tertentu. Mereka cenderung menghindari tumbuhan yang mengandung racun atau senyawa yang sulit dicerna.
Baca juga : Fakta Menarik Glyptodon Armadilo Raksasa yang Pernah Hidup di Bumi
5. Hewan Endemik yang Terancam Punah
Meskipun unik dan menarik, populasi bekantan saat ini mengalami penurunan drastis. International Union for Conservation of Nature (IUCN) menetapkan bekantan sebagai hewan terancam punah (endangered) dalam Daftar Merah Spesies Terancam.
Beberapa faktor yang menyebabkan menurunnya populasi bekantan antara lain:
-
Kerusakan Habitat: Konversi lahan hutan bakau dan rawa menjadi perkebunan kelapa sawit, permukiman, serta pembangunan infrastruktur telah menghilangkan banyak habitat alami bekantan.
-
Perburuan dan Perdagangan Ilegal: Meskipun dilindungi, bekantan masih diburu dan diperdagangkan secara ilegal, baik sebagai hewan peliharaan maupun untuk tujuan lain.
-
Terganggunya Ekosistem Sungai: Pencemaran sungai dan berkurangnya sumber makanan akibat deforestasi turut memengaruhi kelangsungan hidup bekantan.
6. Ikon Fauna Kalimantan Selatan
Bekantan tidak hanya dikenal karena keunikannya, tetapi juga telah diangkat menjadi maskot resmi Provinsi Kalimantan Selatan. Pemerintah daerah dan masyarakat lokal menjadikan bekantan sebagai simbol pelestarian lingkungan dan kekayaan hayati Kalimantan.
Bahkan, sebuah patung bekantan setinggi lebih dari 6 meter berdiri megah di kawasan wisata Siring Sungai Martapura, Banjarmasin. Patung ini menjadi daya tarik wisata sekaligus bentuk kampanye pelestarian spesies khas Kalimantan.
7. Upaya Konservasi Bekantan
Kegiatan konservasi lainnya meliputi:
-
Edukasi dan penyadartahuan masyarakat
-
Patroli pengawasan habitat
-
Restorasi ekosistem hutan bakau
-
Penelitian dan pemantauan populasi
Peran serta masyarakat sangat penting dalam menjaga populasi bekantan, terutama di wilayah-wilayah yang masih menjadi habitat alami mereka.
8. Fakta Menarik Lain tentang Bekantan
-
Bekantan memiliki suara khas yang digunakan untuk menandai wilayah atau memperingatkan bahaya.
-
Waktu aktif bekantan adalah di siang hari (diurnal), dan mereka tidur di pohon yang berada dekat perairan.
-
Masa kehamilan bekantan berlangsung sekitar 160 hari, dan biasanya hanya melahirkan satu anak.
-
Anak bekantan akan tinggal bersama induknya selama 1–2 tahun sebelum bergabung ke kelompok lain.
-
Bekantan tidak ditemukan di luar Kalimantan secara alami, menjadikannya simbol penting bagi konservasi keanekaragaman hayati Indonesia.
Penutup
Bekantan merupakan salah satu primata paling unik di dunia yang hanya bisa ditemukan di pulau Kalimantan. Keunikan fisiknya, perilaku sosialnya, serta kemampuannya berenang membuat bekantan menjadi primata yang sangat menarik untuk diteliti dan dilestarikan.
Namun, tekanan terhadap habitat dan rendahnya kesadaran manusia membuat spesies ini berada di ambang kepunahan.
Tinggalkan Balasan