
6 Fakta Menarik Bekicot, Siput Raksasa yang Menjadi Hewan Invasif
6 Fakta Menarik Bekicot, Siput Raksasa yang Menjadi Hewan Invasif
Bekicot, atau dalam istilah ilmiahnya Achatina fulica, adalah salah satu spesies siput darat terbesar di dunia.
Hewan bercangkang ini sering dijumpai di pekarangan rumah, kebun, hingga hutan tropis.
Meski tampak lambat dan tidak berbahaya, bekicot memiliki reputasi sebagai salah satu hewan invasif paling merugikan di dunia.
Berikut ini adalah enam fakta menarik tentang bekicot yang tidak hanya memperkaya
pengetahuan, tetapi juga memperingatkan kita akan dampak serius dari penyebarannya di luar habitat aslinya.

6 Fakta Menarik Bekicot, Siput Raksasa yang Menjadi Hewan Invasif
1. Berasal dari Afrika Timur, Menyebar ke Seluruh Dunia
Bekicot raksasa Afrika (giant African snail) berasal dari wilayah Afrika Timur, khususnya Kenya dan Tanzania.
Namun, karena faktor perdagangan, migrasi manusia, dan kelalaian
hewan ini menyebar ke berbagai penjuru dunia, termasuk Asia Tenggara, Amerika Selatan, hingga Kepulauan Pasifik.
Di Indonesia, bekicot diperkirakan mulai masuk sekitar awal abad ke-20.
Awalnya dianggap sebagai sumber protein alternatif, namun dalam waktu singkat, populasinya berkembang pesat dan mulai mengancam pertanian serta ekosistem lokal.
2. Tumbuh Sangat Cepat dan Dapat Bertelur Hingga 1.200 Butir per Tahun
Salah satu alasan bekicot menjadi hama yang sangat agresif adalah karena kemampuan reproduksinya yang luar biasa. Seekor bekicot dewasa dapat bertelur hingga 1.200 butir dalam setahun, dan sebagian besar telurnya bisa menetas dan bertahan hidup.
Dengan kecepatan berkembang biak seperti ini, populasi bekicot bisa meningkat drastis dalam waktu singkat. Hal ini membuat pengendalian populasinya menjadi sangat sulit, apalagi di lingkungan tropis yang kaya akan sumber makanan.
3. Pemakan Segala yang Merusak Tanaman
Bekicot termasuk hewan herbivora yang rakus. Mereka memakan hampir semua jenis tanaman
mulai dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, hingga kulit pohon muda.
Serangan bekicot bisa menyebabkan kerugian besar pada sektor pertanian, terutama pada tanaman hortikultura.
Di beberapa negara seperti India, Brasil, dan Filipina, petani sering melaporkan penurunan hasil panen akibat serangan bekicot dalam jumlah besar.
Di Indonesia sendiri, bekicot dikenal merusak tanaman cabai, bayam, sawi, dan semangka.
4. Menjadi Ancaman Kesehatan Manusia
Selain merusak tanaman, bekicot juga bisa menjadi ancaman bagi kesehatan manusia.
Bekicot diketahui menjadi inang parasit Angiostrongylus cantonensis, yaitu cacing yang dapat menyebabkan penyakit meningitis eosinofilik.
Infeksi ini bisa terjadi jika manusia mengonsumsi bekicot mentah atau makanan yang terkontaminasi lendir bekicot tanpa disadari.
Gejalanya bisa meliputi sakit kepala hebat, leher kaku, mual, dan dalam beberapa kasus bisa berujung pada gangguan saraf serius.
5. Termasuk Hewan Invasif Berbahaya Versi IUCN
Bekicot raksasa Afrika termasuk dalam daftar “100 Spesies Asing Invasif Paling Berbahaya di Dunia
versi International Union for Conservation of Nature (IUCN). Alasannya tidak hanya karena
tingkat reproduksi yang tinggi dan kerusakan pertanian, tapi juga karena dampaknya terhadap keanekaragaman hayati lokal.
Bekicot bersaing dengan spesies siput lokal untuk makanan dan habitat, serta membawa
patogen asing yang bisa membahayakan fauna asli. Di beberapa daerah, invasi bekicot
menyebabkan kepunahan siput endemik yang lebih kecil dan lemah.
6. Diolah Jadi Makanan dan Obat Tradisional, Tapi Perlu Waspada
Meskipun memiliki banyak sisi negatif, bekicot juga dimanfaatkan di beberapa budaya sebagai bahan pangan dan obat tradisional.
Daging bekicot dikenal kaya akan protein dan dipercaya memiliki manfaat untuk mengatasi beberapa penyakit kulit.
Di Indonesia, terutama di daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta, daging bekicot sering dijadikan sate atau keripik.
Namun, konsumsi bekicot tetap harus melalui proses pemasakan yang benar untuk membunuh parasit dan mikroorganisme berbahaya.
Baca juga: 6 Fakta Menarik Lintah, Bermanfaat bagi Dunia Medis!
Penutup: Waspadai Bekicot, Jangan Sepelekan Dampaknya
Bekicot mungkin tampak seperti hewan kecil dan tidak berbahaya, namun dalam skala besar
mereka bisa menjadi momok bagi pertanian, lingkungan, dan kesehatan.
Perlu ada kesadaran kolektif untuk mengendalikan penyebarannya, terutama di wilayah tropis yang sangat mendukung pertumbuhannya.
Masyarakat disarankan untuk tidak memelihara atau memperdagangkan bekicot secara sembarangan.
Selain itu, kebersihan lingkungan juga menjadi kunci utama untuk mencegah perkembangbiakan hewan invasif ini.
Dengan penanganan yang tepat, kita bisa menghindari risiko besar dari salah satu siput raksasa paling merusak di dunia ini.
Tinggalkan Balasan