
6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa, Lalat hingga Ikan
6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa, Lalat hingga Ikan
Ketika kita mendengar tentang luar angkasa, hal pertama yang terbayang biasanya adalah astronot dengan pakaian luar angkasa lengkap, mengorbit di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS)
atau berjalan di permukaan bulan. Namun, sejarah eksplorasi luar angkasa tak hanya melibatkan manusia.
Berbagai jenis hewan juga telah menjadi bagian penting dalam misi luar angkasa, bahkan sebelum manusia sendiri pernah melangkah ke luar atmosfer Bumi.

6 Hewan yang Diklaim Pernah ke Luar Angkasa, Lalat hingga Ikan
Hewan-hewan ini bukan sekadar penumpang, tetapi objek penelitian ilmiah untuk memahami bagaimana makhluk hidup bereaksi terhadap kondisi ekstrem di luar angkasa—seperti gravitasi nol, radiasi kosmik, dan tekanan psikologis dalam ruang terbatas.
Beberapa hewan bahkan menjadi pelopor dalam membuka jalan bagi misi berawak yang lebih kompleks.
Berikut adalah 6 hewan yang diklaim pernah ke luar angkasa dan bagaimana peran mereka dalam sejarah ilmu pengetahuan antariksa.
1. Lalat Buah – Pelopor Pertama (1947)
Siapa sangka bahwa hewan pertama yang pergi ke luar angkasa adalah lalat buah? Pada 20 Februari 1947, Amerika Serikat meluncurkan sebuah roket V-2 ke ketinggian sekitar 109 kilometer dari permukaan laut—melewati batas Kármán yang menandai awal ruang angkasa.
Lalat buah dipilih karena:
-
Memiliki siklus hidup yang pendek, memudahkan pengamatan dampak radiasi dalam generasi cepat
-
Ukurannya kecil dan mudah dibawa dalam jumlah banyak
-
Genetikanya mirip dengan manusia dalam beberapa aspek penting
Eksperimen ini bertujuan untuk mengamati efek radiasi kosmik pada DNA organisme hidup. Menariknya, lalat buah tersebut kembali hidup-hidup, menjadikannya hewan pertama yang berhasil ke luar angkasa dan kembali ke Bumi.
2. Laika – Anjing Pertama yang Mengorbit Bumi (1957)
Tak lengkap membahas hewan luar angkasa tanpa menyebut Laika, anjing asal Uni Soviet yang menjadi makhluk hidup pertama yang mengorbit Bumi dalam pesawat luar angkasa Sputnik 2 pada 3 November 1957.
Laika dipilih karena:
-
Tubuhnya kecil dan mudah dilatih
-
Tahan terhadap kondisi ekstrem
-
Memiliki insting bertahan hidup yang kuat
Sayangnya, Laika tidak pernah kembali ke Bumi. Ia tewas beberapa jam setelah peluncuran karena panas dan stres, meski sempat diyakini bertahan lebih lama.
Meski tragis, misi Laika memberikan data penting tentang bagaimana organisme hidup bertahan dalam lingkungan tanpa gravitasi.
3. Monyet Rhesus – Albert I hingga Albert VI (1948–1951)
Sebelum manusia, monyet rhesus menjadi kandidat utama untuk uji coba sistem penerbangan luar angkasa. Amerika Serikat meluncurkan serangkaian misi “Albert” menggunakan roket V-2 dan Aerobee.
Beberapa fakta tentang seri Albert:
-
Albert I (1948) gagal karena sistem roket bermasalah
-
Albert II (1949) mencapai ketinggian 134 km, namun tewas saat kembali
-
Albert VI adalah yang pertama berhasil bertahan dalam penerbangan, meskipun kemudian tewas beberapa jam setelah mendarat karena kegagalan parasut
Misi-misi ini sangat penting dalam menguji:
-
Reaksi tubuh terhadap gaya gravitasi tinggi
-
Fungsi vital seperti detak jantung dan pernapasan di luar angkasa
4. Kucing – Félicette, Astronot Kucing Pertama (1963)
Pada tahun 1963, Prancis mengirimkan kucing betina bernama Félicette ke luar angkasa. Ia diluncurkan menggunakan roket sub-orbital Veronique AG1 dari pusat peluncuran di Hammaguir, Aljazair.
Félicette dipilih karena:
-
Ukuran tubuh yang sesuai untuk kapsul
-
Dapat dilatih untuk diam dalam posisi
-
Stabil secara fisiologis
Dalam kapsulnya, Félicette dilengkapi dengan elektroda di otak untuk memantau aktivitas saraf.
Misi ini berlangsung selama 15 menit, dan Félicette berhasil kembali ke Bumi dengan selamat, menjadikannya satu-satunya kucing yang diketahui telah melakukan perjalanan luar angkasa.
5. Tardigrade – Makhluk Terkuat di Alam Semesta (2007)
Pada tahun 2007, ilmuwan Eropa mengirim tardigrade (beruang air) ke luar angkasa menggunakan satelit FOTON-M3. Tardigrade adalah mikroorganisme yang terkenal karena:
-
Mampu bertahan dalam suhu ekstrem (hingga -200°C dan lebih dari 150°C)
-
Tahan terhadap radiasi dan tekanan tinggi
-
Bisa bertahan tanpa air selama bertahun-tahun
Tujuan pengiriman tardigrade adalah untuk melihat apakah makhluk mikroskopis ini bisa bertahan dalam kevakuman ruang dan radiasi UV tanpa perlindungan.
Hasilnya mengejutkan: sebagian besar tardigrade selamat dan tetap bisa berkembang biak, menjadikannya kandidat kuat sebagai makhluk paling tahan banting di luar angkasa.
6. Ikan – Mempelajari Gaya Gravitasi Nol (1973–sekarang)
Ikan juga menjadi bagian dari eksperimen luar angkasa.
Salah satu contoh penting adalah ikan zebra (zebrafish), yang dikirim ke luar angkasa untuk meneliti dampak gaya nol-gravitasi pada pertumbuhan dan sistem keseimbangan tubuh.
Mengapa ikan zebra?
-
Struktur gennya mirip dengan manusia
-
Transparan saat kecil, sehingga mudah dipantau
-
Reproduksinya cepat
NASA dan badan antariksa lain terus menggunakan ikan dalam eksperimen biologi ruang angkasa, terutama untuk mengetahui dampak gravitasi nol pada perkembangan otak, tulang, dan keseimbangan tubuh.
Mengapa Hewan Penting dalam Penelitian Luar Angkasa?
Penggunaan hewan dalam eksperimen ruang angkasa bukanlah tanpa alasan. Hewan memberikan banyak manfaat dalam penelitian ilmiah, seperti:
-
Menjadi model awal sebelum pengujian pada manusia
-
Mengukur efek jangka pendek dan jangka panjang dari kondisi luar angkasa
-
Memberikan pemahaman tentang bagaimana tubuh beradaptasi terhadap lingkungan ekstrem
Meski beberapa eksperimen awal menuai kritik karena melibatkan penderitaan hewan, pendekatan modern menekankan pada etika dan kesejahteraan hewan, serta mengutamakan eksperimen non-lethal dan berbasis observasi biologis.
Baca juga:10 Fakta Unik Quokka, Dijuluki Hewan Paling Bahagia di Dunia
Kesimpulan
Perjalanan luar angkasa bukan hanya tentang manusia dan teknologi canggih. Hewan-hewan seperti lalat buah, anjing Laika, monyet, kucing Félicette, hingga ikan zebra memainkan peran besar dalam membuka jalan bagi eksplorasi luar angkasa yang lebih aman dan manusiawi.
Mereka bukan sekadar penumpang dalam kapsul antariksa, tapi juga pahlawan tak bernama yang memberikan kontribusi besar dalam ilmu pengetahuan dan pemahaman kita terhadap luar angkasa.
Tinggalkan Balasan